Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah di Surabaya

Pendidikan karakter adalah alat yang sedang digalakkan untuk mengatasi segala permasalahan atas nilai-nilai budaya bangsa yang terkikis. Implementasinya pun memiliki posisi khusus dalam kurikulum 2013. Selain itu, kini terdapat Pendidikan Penguatan Karakter sebagai kelanjutan dan pengembangan dari gerakan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter memang diharapkan dapat diintegrasikan dalam pendidikan yang sedang berlangsung di semua jenjang, tidak terkecuali jenjang sekolah menengah dimana siswa berada pada usia pengembangan karakter yang esensial. Kearifan lokal pun juga menjadi dasar yang diambil dalam nilai-nilai pendidikan karakter yang ada di konteks kota Surabaya, Jawa Timur. Dalam pembelajaran bahasa inggris yang merupakan bahasa asing, terjadi interaksi antara guru kepada siswa dimana pada interaksi tersebut terjadi fenomena sosiolinguistik yang dituturkan oleh guru kepada siswanya, baik berupa campur kode maupun alih kode. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang terdapat pada interaksi yang terjadi pada pembelajaran tersebut di tingkat sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang ada, terdapat 16 nilai yang muncul diintegrasikan di dalam pembelajaran melalui interaksi berupa campur kode dan alih kode. Nilai-nilai tersebit meliputi meliputi 1) religious, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) tanggung jawab, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, dan 16) peduli sosial. Walaupun terdapat dua nilai yang tidak muncul pada masa observasi berlangsung, yaitu nilai semangat kebangsaan dan nilai peduli lingkungan, tapi sebagian besar nilain muncul diintegrasikan oleh guru kepada siswanya dalam pemebelajaran bahasa. Hal ini tentunya mendukung program pengembangan pendidikan karakter yang digalakkan oleh pemerintah walaupun secara administratif nilai-nilai tersebut tidak menjadi rencana konkrit yang diajarkan oleh guru kepada siswanya. Integrasi nilai-nilai tersebut diimplementasikan melalui campur kode dan alih kode yang ada dalam interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran bahasa inggris yang merupakan konteks yang melibatkan dwibahasa atau multibahasa. Berdasarkan hasil observasi, jumlah campur kode yang dilakukan oleh guru baik yang ada di tingkat sekolah menengah atas maupun sekolah menengah pertama sama-sama lebih banyak dibandingkan dengan alih kode yang dilakukan. Di sisi lain, guru sendiri merasa bahwa alih kode yang mereka lakukan lebih banyak dibandingkan dnegan campur kode dimana klaim tersebut juga didukung oleh pernyataan siswa-siswa yang diajar oleh mereka. Perbedaan hasil data tersebut menguatkan bahwa pada campur kode keadaan cenderung santai sehingga penutur pun tidak jarang tidak menyadarinya. Berkebalikan dengan alih kode dimana penutur yang dalam hal ini guru secara sadar melakukannya dengan maksud dan tujuan tertentu baik untuk mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang dominan yaitu komunikatif atau juga disiplin maupun nilai-nilai pendidikan karakter yang lain.