Luthfy, Riza Multazam (2015) Engeline dan pembersihan adat. Kompas.
Riza Multazam Luthfy_NewsPaper_Engeline dan Pembersihan Adat.pdf
Download (1MB)
Abstract
Oleh sebagian masyarakat Bali, kematian Engeline dianggap tidak lumrah atau seperti menentang alam. Atas dasar itulah, Desa Adat Gumi Kebon Kuri Kesiman menggelar upacara pecaruan di rumah Margareith, ibu angkat Engeline. Tujuannya, meredakan segala kedukaan masyarakat dan membersihkannya dari kotoran yang mengacaukan alam. Upacara caru panca sata dipimpin Mangku Wayan Jawas, seorang pemangku Pura Pemayun Kahyangan. Dipersembahkan lima ayam aneka warna (brumbun, hitam, merah, putih, dan buik). Persembahan darah melalui pengorbanan binatang (caru) di Bali penting untuk menghindarkan tapal batas dunia manusia dari penyerobotan makhluk halus. Caru diyakini mencegah para penghuni tanah terdahulu (bukan manusia) membalas dendam terhadap orang-orang yang kurang tahu berterima kasih. Bagi umat Hindu di Bali, pecaruan untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Ritual ini untuk merawat lima unsur alam, yakni tanah, air, udara, api, dan eter. Ini penyucian dari Bhuta Kala dan segala macam kotoran, serta pengharapan agar keburukan tidak terulang.
Item Type: | Article |
---|---|
Creators: | Creators Email NIDN Luthfy, Riza Multazam rizamultazam@uinsby.ac.id 2109118601 |
Uncontrolled Keywords: | Upacara pecaruan; umat Hindu; desa pakraman; desa adat |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180108 Constitutional Law 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180119 Law and Society |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Ilmu Hukum |
Depositing User: | Riza Multazam Luthfy |
Date Deposited: | 21 Jun 2022 07:08 |
Last Modified: | 21 Jun 2022 07:08 |
URI: | http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/2570 |