Syakur, Abd (2016) Telaah fenomenologis atas ritual Islam: memahami nilai-nilai moral etik dalam ritus Salat dan Haji/Umrah dalam rangka pembentukan pribadi muslim yang mulia. Project Report. UIN Sunan Ampel Press, Surabaya.
Abd. Syakur_Laporan Penelitian_Telaah fenomenologis atas ritual Islam.pdf
Download (4MB)
Abstract
Kajian ini mendiskusikan tentang ritual shalat, sebagai ibadah pokok dalam Islam. Penelitian ini dilatarbelakangi sebuah asumsi bahwa ritual merupakan sebuah perangkat berkomunikasi antara hamba dan Zat Maha Agung, Tuhan. Dalam Islam, ritual itu merupakan titah tuhan sepenuhnya untuk hamba. Dia memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk mengajarkannya kepada para sahabat setelah mendapatkan bimbingan Jibril tentang ketentuan shalat. Akhirnya, shalat dikemas dengan baju hukum (fikih) oleh para ulama’ pasca Nabi. Dalam perspektif antropologi, ritual dikreasi oleh manusia dan dirumuskan sesuai dengan maksud yang diinginkan pengamal ritual. Karena itu, terdapat ragam kategori tentang ritual; ada ritual ketaatan-kebaktian, dan ada ritual magic. Dengan demikian, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu: 1) bagaimana performan shalat menurut perspektive fikih? Bagaimana performan shalat menurut perspektif tasawuf? Bagaimana pemaduan perspektif fikih dan tasawuf dalam pengamalan ritual shalat agar efektif dalam membangun karakter muslim mulia? Untuk menjawab tiga permasalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan model riset kepustakaan, karena data yang dibutuhkan berupa pernyataan, ide, dan konsep-konsep yang terdeskripsikan dalam sumber-sumber teksteks kepustakaan. Dengan menggunakan teknik analisis interpretasi, maka penelitian ini menyuguhkan hasil sebagai berikut: 1) Fikih telah berhasil mengcover ritual shalat secara definitif dalam format hukum yang membuat ritual shalat murni sebagai rancangan Allah. Jadi, fikih melindungi ritual shalat dari ide-ide bid’ah. Fikih telah menjelaskan shalat secara sistematik sampai dibedakan unsur-unsurnya yang primer (wajib dilakukan), skunder (sangat dianjurkan), dan yang tersier (pelengkap/ boleh tidak dikerjakan). Namun demikian, fikih tampak hanya fokus pada aspek zahirnya shalat serta penjelasan status hukum pengerjaannya saja, sehingga seorang yang mengerjakan shalat berkesan sebagai sekedar telah memenuhi dan menggugurkan kewajiban saja. 2) Perspektif tasawuf melihat shalat sebagai media mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, intinya adalah memperoleh posisi batin sedekat-dekatnya kepada Allah guna mendapatkan keberkahan dan anugrah-Nya. Tasawuf cukup sibuk dengan menata batin dan mensucikannya agar berpeluang memperoleh kebagusan maksimal, sehingga aspek ketentuanketentuan (aturan zahir) shalat dapat diabaikan. Itu adalah karena kesibukannya lebih memperhatin batin daripada aspek zahir shalat. 3) pemaduan perspektif fikih dan tasawuf dapat membuat pengamalan shalat menjadi efektif-sempurna, karena: Pertama, fikih membantu mengarahkan pelaksaan shalat sesuai dengan petunjuk nabi sehingga menjadi sah; Kedua, tasawuf membantu seorang mushalli dapat mengolah hati sesuai dengan aktivitas jasmaninya, sehingga dapat dengan sempurna memahami makna-makna hikmah shalat dan memperoleh berkah Allah. Arahan tasawuf menjadikan ibadah shalat bersifat kesalehan (‘ibadah ta’abbud), bukan sebaliknya, ibadah magic (ibadah bernuansa sihir). Jadi, shalat berbasis fikih-sufistik menjadikan pengamalnya/mushalli menempuh pendidikan ilahi membentuk karakter muslim mulia.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Creators: | Creators Email NIDN Syakur, Abd abd.syakur@uinsby.ac.id 2004076603 |
Uncontrolled Keywords: | Perspektif fikih; perspektif tasawuf; ritual magic; ritual kebaktian |
Subjects: | 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies |
Divisions: | Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Komunikasi dan Penyiaran Islam |
Depositing User: | S.Pd.I Abdun Nashir |
Date Deposited: | 14 Apr 2022 07:10 |
Last Modified: | 14 Apr 2022 07:10 |
URI: | http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/2315 |