Meluruskan kiblat bangsa

Buku berjudul Meluruskan Kiblat Bangsa ini merupakan kumpulan dari artikel penulis yang pernah dimuat di Koran Jawa Pos, Seputar Indonesia (Koran Sindo), dan Majalah Matan pada akhir 2012 hingga 2014. Karena itu, topik yang dibicarakan pun sangat beragam. Mulai dari soal politik, sosial, budaya, keagamaan, pendidikan, hingga Persyarikatan Muhammadiyah. Beberapa topik ini dikemukakan sebagai refleksi penulis terhadap persoalan yang menjadi perhatian publik sehingga diberitakan secara luas oleh media massa.
Buku ini diberi judul Meluruskan Kiblat Bangsa, merujuk pada salah satu artikel penulis yang pernah dimuat Koran Sindo. Penulis juga terinspirasi pemikiran Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA. Dalam berbagai kesempatan, Pak Din menganjurkan agar bangsa ini kembali ke jalur yang benar. Salah satu caranya, elit negeri ini harus menyatukan kata dengan perbuatan. Tegasnya, elit negeri ini harus benar-benar berintegritas. Tausiah Pak Din terasa sangat relevan karena sempat terjadi fenomena “kebohongan publik” sehingga mengundang perhatian sejumlah elit agama dan guru bangsa.
Pemimpin negeri ini harus bekerja dengan berorientasi pada prestasi, bukan hanya pencitraan. Meminjam istilah dalam sosiologi, hidup seharusnya berorientasi pada prestasi (achievement orientation). Berdasarkan prestasi itulah seseorang akan dikenang generasi sesudahnya. Dengan demikian persoalan siapa dia tidak begitu penting. Yang terpenting adalah apa prestasi yang sudah dicapainya. Karena itulah ajakan untuk bekerja dengan semangat mengabdi pada bangsa dan negara harus terus digelorakan. Untuk mencapai itu semua, jelas dibutuhkan niatan yang lurus sehingga amanah konstitusi dapat ditegakkan. Itu berarti seluruh elemen harus meluruskan arah perjuangan bangsa untuk melunasi janji yang dicita-citakan the founding fathers negeri tercinta.
Beberapa topik yang dibahas buku ini jelas membincangkan persoalan bangsa. Tetapi karena buku ini merupakan bunga rampai pemikiran penulis dalam berbagai suasana, maka seyogyanya pembaca memahami sesuai dengan konteksnya. Penulis menyadari bahwa sangat mungkin ada beberapa topik yang kini sudah kehilangan relevansi. Sementara ada juga topik yang hingga kini masih relevan sehingga terus diperbincangkan publik. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih pada Mas Wahyu dan tim penerbit Univervitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press, yang telah berkenan untuk menerbitkan karya ini. Ucapan terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan pada Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, MA (Gurubesar UIN Sunan Ampel dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Di tengah kesibukan sebagai akademisi, pekerja sosial, dan aktivis Persyarikatan Muhammadiyah, beliau masih berkenan untuk membaca naskah awal buku ini. Semoga pembaca yang dapat mengambil manfaat dari karya ini. Amien.